PENDEKATAN
: POSITIVISTIK
MAKALAH
Diajukan
guna memenuhi tugas
dalam Matakuliah
Filsafat Ilmu
Disusun
oleh:
FASMAWI SABAN SIHABUDIN
NIM:
11340184/ IH-A
Dosen:
Dra.Hj.
Ermi Suhasti S., MSI.
ILMU
HUKUM
FAKULTAS
SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
20112
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pendekatan adalah upaya untuk mencari,
menemukan,atau memberi dukungan akan kebenaran yang relatif, yang sebagai suatu
model.Untuk
memahami dari dunia beserta seluruh isinya, kita sebagai manusia pasti menggunakan pendekatan.Manusia sebagai mahluk sosial yang mempunyai nafsu terkadang menimbulkaan
masalah bagi dirinya sendiri.untuk menyelesaikan masalahnya Dalam hal ini
manusia tersebut bisa menggunakann pendekatan-pendekatan ilmiah..Lalu Dalam konteks ini, pendekatan itu disebut “objektif” berdasarkan
pandangan bahwa objek-objek, prilaku-prilaku, dan peristiwa-peristiwa eksis di
suatu dunia “nyata” yang diamati oleh panca indra ,diukur, dan diramalkan.Bagi seorang ilmuan penguasaan pendekatan ilmiah
merupakan suatu kewajiban, karena tanpa
pendekatan ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah, sehingga mudah
bagi seorang ilmuan untuk mengembangkanmateri pengetahuannya berdasarkan
metode-metode ilmiah.
Oleh karena itulah pendekatan ilmiah
sangat penting sekali untuk mengetahui seberapa jauh penalaran kita
terhadap hal-hal yang jelas dan objektif.
Positivisme yang merupakan salah satu akar dari filsafat modern, merupakan
suatu paham yang hanya menerima ilmu kealaman sebagai satu-satunya ilmu yang
benar.nah,atas dasar itulah penulis makalah ini akan
memperdalam pendekatan positivisme tersebut agar menjadi suatu pemahaman yang
baru tentang keunggulan pendekatan positivistik tersebut.
RUMUSAN MASALAH


PEMBAHASAN
A.
Pengertian positivistik
Positivisme
berasal dari kata “positif”yang artinya faktuual, sesuatu yang berdasar fakta
atau kenyataan, menurut positivism, pengetahuan kita tidak boleh melebihi
fakta-fakta yang ada, sehingga dalam bidang pengetahuan, ilmu pengetahuan
empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan.[1] Positivisme adalah istilah umum dalam filsafat
yang mengutamakan aspek factual pengetahuan khususnya ilmiah.[2]
Pendekatan Positivistik mengandalkan kemampuan pengamatan
secara langsung (empiris) penalaran yang digunakan induktif.Ilmu
pengetahuan juga filsafat yang menyelidiki fakta dan hubungan yang terdapat
antara fakta-fakta.Model pendekatan positivistik terilhami dari gerakan
keilmuan masa modern, yang mengharuskan adanya kepastian dalam suatu kebenaran.
Syarat objek ilmu yaitu dapat:
diamati (observable), diulang-ulang (repeatable),
diukur (measurable),diuji (testable),
diramalkan(predicable). Dan penelitiannya berpusat pada eksperimen data-data
particular, dan ditafsirkan oleh rasio, dan pengalaman (aposteriori).[3]
Positivisme adalah
cara pandang dalam memahami dunia
berdasarkan sains.Positivisme sebagai perkembangan empirisme yang
eksterm,adalah pandangan yang menganggap bahwa yang dapat diselidiki atau
dipelajari hanyalah “data-data yang nyata/empirik”,atau yang mereka namakan
positif.Nilai-nilai politik dan sosial menurut positivisme dapat digeneralisasikan berdasarkan
fakta-fakta yang diperoleh dari
penyelidikan terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri.
B.Positivisme Auguste Comte
Munculnya aliran filsafat positivisme ini dipelopori oleh seorang
filsuf yang bernama August Comte.seorang filosof yang lahir di Montpellier
Perancis. Mulai abad 20-an sampai dengan saat ini, aliran positivisme mampu
mendominasi wacana ilmu pengetahuan. Aliran ini menetapkan kriteria-kriteria
yang harus dipenuhi oleh ilmu-ilmu manusia maupun alam untuk dapat disebut
sebagai ilmu pengetahuan yang benar, yaitu berdasarkan kriteria-kriteriaeksplanatoris dan prediktif.
Untuk dapat memenuhi kriteria-kriteria dimaksud, maka semua ilmu
harus mempunyai pandangan dunia positivistik, yaitu :




Positivisme
diperkenalkan oleh Auguste Comte(1798-1857) dalam buku utamanya yang berjudul Cours de Philosophic Positive, yaitu kursus tentang filsafat positif
(1830-1842)yang diterbitkan dalam enam jilid.[4]Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organik
yang kenyataanya lebih daripada sekedar
jumlah bagia-bagian yang saling bergantung ,tetapi untuk mengerti kenyataan
ini,metode penelitian empiris harus digunakan dengan keyakinan bahwa nasyarakat
adalah suatu bagian dari alam seperti
halnya gejala fisik.Comte melihat perkembangan ilmu tentang masyarakat yang
bersifat alamiah sebagai puncak suatu proses kemajuan intelektual yang logis
yang telah dilewati oleh ilmu-ilmu lainya.kemajuan ini mencakup kemajuan
teologis purba,penjelasan metafisik,dan akhirnya sampai terbentuknya hukum-hkum
ilmiah yang positif.[5]Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya da
sedikit perbedaan (jika ada )antara ilmu sosial dan ilmu alam,karena
masyarakat dan kehidupan sosial
berdasarkan aturan-aturan,demikian juga alam.[6]
C.Metode Serta Contoh Positivistik
Metode yang
sering digunakan dalam pendekatan positivistik adalah:


dan tentunya memakai sarana berfikir induktif dengan menggunakan
logika dan statistika
Contohnya dalam memakai metode siklus empiri (L-H-V) yang
menekankan pendekatan positivistik ini untuk ilmu alam yaitu pada Pemuaian.Pemuaian adalah bertambahnya ukuran
suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda
karena menerima kalor.Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat
padat, pada zat cair, dan pada zat gas.Pemuaian pada zat padat ada 3 jenis
yaitu pemuaian panjang (untuk satu dimensi), pemuaian luas (dua dimensi)
dan pemuaian volume (untuk tiga dimensi).Sedangkan pada zat cair dan zat gas
hanya terjadi pemuaian volume saja.
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena
menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil
dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut.Sehingga lebar dan tebal
dianggap tidak ada.Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang saja
adalah kawat kecil yang panjang sekali.Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien muai panjang dan besar
perubahan suhu.Koefisien muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh
jenis benda atau jenis bahan.
Contoh
yang lain adalah Jika emas dipanaskan akan memuai,Tembaga dipanaskan akan
memuai,Perak dipanaskan akan memuai.maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jika
logam dipanaskan pasti akan memuai.
Sementara
contoh pendekatan positivistik yang memakai Metode linier dapat dicontohkan pada kasus yang pernah
terjadi di Sragen, Jateng. Polisi menilang pengemudi yang nomor mobilnya
ditulis dalam sobekan kertas karton, padahal pengemudi berniat baik setelah
pelat nomor asli hilang beberapa saat sebelumnya. Dari pendekatan positivisme,
pemasangan nomor polisi terbuat dari kertas karton itu salah dan si pengemudi
tersebut ditilang.[8]
KESIMPULAN
Menurut
Pendapat saya,Pendekatan Positivistik adalah salah satu pndekatan yang sangat
berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pesat pada
masa sekarang ini,ini juga tidak telepas dari peran August comte yang cara
pandang memahami dunia berdasarkan sains dan juga bahwa pendekatan
positivistik mengandalkan kemampuan yang bersifat empiris.menurut pendapat saa
juga menjadi hal yang tidak wajar jika kita mengesampingkan pendekatan
positivistik,seiring adanya pendekatan lain yang mungkin dianggap lebih baik.[9]
Pada pendekatan ini manusia dituntut untuk menggunakan penalaran yang bersifat
induktif,baik berupa eksperimen,observasi dan komparasi. Positivistik adalah
filsafat yang menyatakan keutamaan observasi dalam menilai kebenaran pernyataan
atau fakta dan berpendapat bahwa argumentasi metafisik dan subjektif yang tidak
didasarkan pada data yang dapat diamati adalah tidak bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul hakim,
Atang dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi.
Pustaka Setia. Bandung.
Adib, Mohammad.
2010. Filsafat ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika ilmu
Pengetahuan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Suhesti S.,
Ermi. 2012. Pengantar Filsafat Ilmu. Prajnya Media. Yogyakarta
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=136121 diakses pada tanggal 10 maret 2012
pukul 09.00 wib
[1] Drs.Atang Abdul Hakim,M.A dan Drs.Beni Saebani,M.Si, Filsafat Umum Dari
Metologi Sampai Teofilosofi, cetakan
ke-1,Bandung: Pustaka Setia,2008 halaman 296
[3] Dra,Hj.Ermi SuhastiS.,M.Si, Pengantar
Filsafat Ilmu, cetakan
ke-1,Yogyakarta:Prajnya Media,2012 halaman 87
[4] Drs.Atang Abdul Hakim,M.A dan Drs.Beni
Saebani,M.Si, Filsafat
Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, cetakan
ke-1,Bandung: Pustaka Setia,2008 halaman 296-297
[6] Drs.H.Mohammad Adib.MA, Filsafat Ilmu
Ontologi,epistimologi,dan logika ilmu Prngetahuan, cetakan ke2,Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2010,halaman 122-123
[7] Dra,Hj.Ermi
SuhastiS.,M.Si, Pengantar Filsafat Ilmu,
cetakan ke-1,Yogyakarta:Prajnya
Media,2012 halaman 89
[8] http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=136121
diakses pada tanggal 10 maret 2012 pukul 09.00 wib
[9] Menurut Pendapat Saya
PENDEKATAN
: POSITIVISTIK

MAKALAH
Diajukan
guna memenuhi tugas
dalam Matakuliah
Filsafat Ilmu
Disusun
oleh:
FASMAWI SABAN SIHABUDIN
NIM:
11340184/ IH-A
Dosen:
Dra.Hj.
Ermi Suhasti S., MSI.
ILMU
HUKUM
FAKULTAS
SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
20112
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pendekatan adalah upaya untuk mencari,
menemukan,atau memberi dukungan akan kebenaran yang relatif, yang sebagai suatu
model.Untuk
memahami dari dunia beserta seluruh isinya, kita sebagai manusia pasti menggunakan pendekatan.Manusia sebagai mahluk sosial yang mempunyai nafsu terkadang menimbulkaan
masalah bagi dirinya sendiri.untuk menyelesaikan masalahnya Dalam hal ini
manusia tersebut bisa menggunakann pendekatan-pendekatan ilmiah..Lalu Dalam konteks ini, pendekatan itu disebut “objektif” berdasarkan
pandangan bahwa objek-objek, prilaku-prilaku, dan peristiwa-peristiwa eksis di
suatu dunia “nyata” yang diamati oleh panca indra ,diukur, dan diramalkan.Bagi seorang ilmuan penguasaan pendekatan ilmiah
merupakan suatu kewajiban, karena tanpa
pendekatan ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah, sehingga mudah
bagi seorang ilmuan untuk mengembangkanmateri pengetahuannya berdasarkan
metode-metode ilmiah.
Oleh karena itulah pendekatan ilmiah
sangat penting sekali untuk mengetahui seberapa jauh penalaran kita
terhadap hal-hal yang jelas dan objektif.
Positivisme yang merupakan salah satu akar dari filsafat modern, merupakan
suatu paham yang hanya menerima ilmu kealaman sebagai satu-satunya ilmu yang
benar.nah,atas dasar itulah penulis makalah ini akan
memperdalam pendekatan positivisme tersebut agar menjadi suatu pemahaman yang
baru tentang keunggulan pendekatan positivistik tersebut.
RUMUSAN MASALAH


PEMBAHASAN
A.
Pengertian positivistik
Positivisme
berasal dari kata “positif”yang artinya faktuual, sesuatu yang berdasar fakta
atau kenyataan, menurut positivism, pengetahuan kita tidak boleh melebihi
fakta-fakta yang ada, sehingga dalam bidang pengetahuan, ilmu pengetahuan
empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan.[1] Positivisme adalah istilah umum dalam filsafat
yang mengutamakan aspek factual pengetahuan khususnya ilmiah.[2]
Pendekatan Positivistik mengandalkan kemampuan pengamatan
secara langsung (empiris) penalaran yang digunakan induktif.Ilmu
pengetahuan juga filsafat yang menyelidiki fakta dan hubungan yang terdapat
antara fakta-fakta.Model pendekatan positivistik terilhami dari gerakan
keilmuan masa modern, yang mengharuskan adanya kepastian dalam suatu kebenaran.
Syarat objek ilmu yaitu dapat:
diamati (observable), diulang-ulang (repeatable),
diukur (measurable),diuji (testable),
diramalkan(predicable). Dan penelitiannya berpusat pada eksperimen data-data
particular, dan ditafsirkan oleh rasio, dan pengalaman (aposteriori).[3]
Positivisme adalah
cara pandang dalam memahami dunia
berdasarkan sains.Positivisme sebagai perkembangan empirisme yang
eksterm,adalah pandangan yang menganggap bahwa yang dapat diselidiki atau
dipelajari hanyalah “data-data yang nyata/empirik”,atau yang mereka namakan
positif.Nilai-nilai politik dan sosial menurut positivisme dapat digeneralisasikan berdasarkan
fakta-fakta yang diperoleh dari
penyelidikan terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri.
B.Positivisme Auguste Comte
Munculnya aliran filsafat positivisme ini dipelopori oleh seorang
filsuf yang bernama August Comte.seorang filosof yang lahir di Montpellier
Perancis. Mulai abad 20-an sampai dengan saat ini, aliran positivisme mampu
mendominasi wacana ilmu pengetahuan. Aliran ini menetapkan kriteria-kriteria
yang harus dipenuhi oleh ilmu-ilmu manusia maupun alam untuk dapat disebut
sebagai ilmu pengetahuan yang benar, yaitu berdasarkan kriteria-kriteriaeksplanatoris dan prediktif.
Untuk dapat memenuhi kriteria-kriteria dimaksud, maka semua ilmu
harus mempunyai pandangan dunia positivistik, yaitu :




Positivisme
diperkenalkan oleh Auguste Comte(1798-1857) dalam buku utamanya yang berjudul Cours de Philosophic Positive, yaitu kursus tentang filsafat positif
(1830-1842)yang diterbitkan dalam enam jilid.[4]Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organik
yang kenyataanya lebih daripada sekedar
jumlah bagia-bagian yang saling bergantung ,tetapi untuk mengerti kenyataan
ini,metode penelitian empiris harus digunakan dengan keyakinan bahwa nasyarakat
adalah suatu bagian dari alam seperti
halnya gejala fisik.Comte melihat perkembangan ilmu tentang masyarakat yang
bersifat alamiah sebagai puncak suatu proses kemajuan intelektual yang logis
yang telah dilewati oleh ilmu-ilmu lainya.kemajuan ini mencakup kemajuan
teologis purba,penjelasan metafisik,dan akhirnya sampai terbentuknya hukum-hkum
ilmiah yang positif.[5]Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya da
sedikit perbedaan (jika ada )antara ilmu sosial dan ilmu alam,karena
masyarakat dan kehidupan sosial
berdasarkan aturan-aturan,demikian juga alam.[6]
C.Metode Serta Contoh Positivistik
Metode yang
sering digunakan dalam pendekatan positivistik adalah:


dan tentunya memakai sarana berfikir induktif dengan menggunakan
logika dan statistika
Contohnya dalam memakai metode siklus empiri (L-H-V) yang
menekankan pendekatan positivistik ini untuk ilmu alam yaitu pada Pemuaian.Pemuaian adalah bertambahnya ukuran
suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda
karena menerima kalor.Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat
padat, pada zat cair, dan pada zat gas.Pemuaian pada zat padat ada 3 jenis
yaitu pemuaian panjang (untuk satu dimensi), pemuaian luas (dua dimensi)
dan pemuaian volume (untuk tiga dimensi).Sedangkan pada zat cair dan zat gas
hanya terjadi pemuaian volume saja.
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena
menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil
dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut.Sehingga lebar dan tebal
dianggap tidak ada.Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang saja
adalah kawat kecil yang panjang sekali.Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien muai panjang dan besar
perubahan suhu.Koefisien muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh
jenis benda atau jenis bahan.
Contoh
yang lain adalah Jika emas dipanaskan akan memuai,Tembaga dipanaskan akan
memuai,Perak dipanaskan akan memuai.maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jika
logam dipanaskan pasti akan memuai.
Sementara
contoh pendekatan positivistik yang memakai Metode linier dapat dicontohkan pada kasus yang pernah
terjadi di Sragen, Jateng. Polisi menilang pengemudi yang nomor mobilnya
ditulis dalam sobekan kertas karton, padahal pengemudi berniat baik setelah
pelat nomor asli hilang beberapa saat sebelumnya. Dari pendekatan positivisme,
pemasangan nomor polisi terbuat dari kertas karton itu salah dan si pengemudi
tersebut ditilang.[8]
KESIMPULAN
Menurut
Pendapat saya,Pendekatan Positivistik adalah salah satu pndekatan yang sangat
berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pesat pada
masa sekarang ini,ini juga tidak telepas dari peran August comte yang cara
pandang memahami dunia berdasarkan sains dan juga bahwa pendekatan
positivistik mengandalkan kemampuan yang bersifat empiris.menurut pendapat saa
juga menjadi hal yang tidak wajar jika kita mengesampingkan pendekatan
positivistik,seiring adanya pendekatan lain yang mungkin dianggap lebih baik.[9]
Pada pendekatan ini manusia dituntut untuk menggunakan penalaran yang bersifat
induktif,baik berupa eksperimen,observasi dan komparasi. Positivistik adalah
filsafat yang menyatakan keutamaan observasi dalam menilai kebenaran pernyataan
atau fakta dan berpendapat bahwa argumentasi metafisik dan subjektif yang tidak
didasarkan pada data yang dapat diamati adalah tidak bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul hakim,
Atang dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi.
Pustaka Setia. Bandung.
Adib, Mohammad.
2010. Filsafat ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika ilmu
Pengetahuan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Suhesti S.,
Ermi. 2012. Pengantar Filsafat Ilmu. Prajnya Media. Yogyakarta
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=136121 diakses pada tanggal 10 maret 2012
pukul 09.00 wib
[1] Drs.Atang Abdul Hakim,M.A dan Drs.Beni Saebani,M.Si, Filsafat Umum Dari
Metologi Sampai Teofilosofi, cetakan
ke-1,Bandung: Pustaka Setia,2008 halaman 296
[3] Dra,Hj.Ermi SuhastiS.,M.Si, Pengantar
Filsafat Ilmu, cetakan
ke-1,Yogyakarta:Prajnya Media,2012 halaman 87
[4] Drs.Atang Abdul Hakim,M.A dan Drs.Beni
Saebani,M.Si, Filsafat
Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, cetakan
ke-1,Bandung: Pustaka Setia,2008 halaman 296-297
[6] Drs.H.Mohammad Adib.MA, Filsafat Ilmu
Ontologi,epistimologi,dan logika ilmu Prngetahuan, cetakan ke2,Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2010,halaman 122-123
[7] Dra,Hj.Ermi
SuhastiS.,M.Si, Pengantar Filsafat Ilmu,
cetakan ke-1,Yogyakarta:Prajnya
Media,2012 halaman 89
[8] http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=136121
diakses pada tanggal 10 maret 2012 pukul 09.00 wib
[9] Menurut Pendapat Saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar